KRITERIA MEMILIH CALON PASANGAN HIDUP SESUAI SYARIAT
Bismillah
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
KRITERIA MEMILIH CALON PASANGAN HIDUP SESUAI SYARIAT
Yang utama adalah memilih sesuai dengan Agama dan Akhlak nya.
Agama dan akhlak yang baik, akan mampu menjaga keluarga dari kemaksiatan yang mampu mengantarkan ke dalam siksa neraka.
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah atas perintah Allah kepada mereka dan selalu taat pada apa yang diperintahkan.” (QS. T-Tahrim:6)
Islam dan Beriman
“...Janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik daripada orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya...” (QS. Al-Baqarah:221)
Taat Kepada Allah dan Rasul-Nya
Allah berfirman dalam surah Al-Hujurat ayat 13 bahwa:
“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling bertaqwa.”
Pilihlah mereka yang baik agamanya, karena begituah yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya agar kamu menjadi orang-orang yang beruntung.
“Wanita biasanya dinikahi karena 4 hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya, niscaya kamu tidak akan merugi.” (Mutafaqun ‘Alaih)
Dan hindarilah untuk menolak mereka yang datang kepadamu dengan agama dan akhlak yang baik. Karena lelaki adalah pemimpin, dan lelaki adalah yang akan menjadi imam dalam rumah tangga, maka sudah sepantasnya untuk memilih yang baik agama dan akhlaknya. “Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi)
Begitupun untuk lelaki, jadilah lelaki dengan agama dan akhlak yang baik, agar kelak mampu mendidik, membimbing dan memimpin istri dan anak-anak menuju kehidupan yang beragama dan terhidar dari kemaksiatan.
Sekufu
Secara syariat menurut mayoritas ulama sekufu adalah sebanding dalam agama, nasab (keturunan), kemerdekaan dan pekerjaan. Baik dalam hal agama maupun status sosial, walaupun tidak menutup kemungkinan jodoh yang disiapkan oleh Allah berbeda status sosial di masyarakat, namun berusahalah untuk mendapatkan yang seagama atau seiman, dan dengan status yang sama.
Seperti firman Allah berikut ini:
“Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik-baik pula.” (QS. An-Nur:26)
Dari firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala di atas sangatlah jelas, bahwa pilihlah atau nikahkanlah mereka dengan yang setara atau sama kedudukannya. Jika dia baik maka nikahkanlah dengan yang baik, pun begitu sebaliknya. Oleh sebab itu, persiapkanlah diri sebaik-baik mungkin dan perbaikilah diri untuk menjadi lebih baik, agar jodoh yang kau usahakan pun akan mendapatkan yang terbaik.
Lalu kenapa harus sama?
Hanya untuk menghindari hal-hal yang kelak justru akan menjadi masalah dalam rumah tangga, karena banyak peristiwa atau kejadian yang dimana keadaan rumah tangga tidak mampu bertahan karena banyaknya perbedaan ini, walaupun sekali lagi ana sampaikan bahwa ini bukanlah suatu keharusan, karena pada kenyataannya juga tidak sedikit yang mampu menjalani dan melalui dengan penuh kebaikan di dalamnya.
“Dan diantara tanda kekuasaan Allah ialah Ia menciptakan bagimu istri-istri dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenteram dengannya.” (QS. Ar-Ruum:21)
Terlalu banyak pula pemahaman dari ayat di atas yang menyatakan “jenis”.
Semua kembali kepada Agama nya. Jika agamanya baik, sejauh apapun perbedaan, tidak akan menjadikan permasalahan, namun justru menjadi bahan untuk belajar dalam lulus menempuh ujian, seperti apapun hasil akhirnya, karena biar bagaimanapun manusia hanya mampu berusaha sedangkan yang menentukan hasil adalah Allah.
Menyenangkan jika Dipandang
Salah satu yang tak bisa dipungkiri betapa penting dalam memilih pendamping, adalah kenyamanan saat berada bersamanya. Tidak mungkin kan kita memilih mereka yang kenyataannya kita sendiri tidak nyaman saat berada bersamanya. Hal ini pula yang kebanyakan menjadi sebab musabab harmonis atau tidaknya sebuah rumah tangga.
“Jika memandangnya, membuat suami senang.” (HR. Abu Daud)
Hal ini juga berlaku untuk sebaliknya, suami/istri saat memandang masing-masingnya akan merasa senang.
Hal ini pulalah yang membuat adanya nadhzor (melihat calon) sebelum dilanjutkan ke proses khitbah. Sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dalam hadit berikut ketika seorang sahabat mengabarkan kepada Beliau bahwa ia akan melamar seorang wanita Anshar.
“Sudahkah engkau melihatnya?” Sahabat tersebut berkata, “Belum.” Beliau lalu bersabda, “Pergilah kepadanya dan lihatlah ia, sebab pada mata orang-orang Anshar terdapat sesuatu.” (HR. Muslim)
Subur (mampu menghasilkan keturunan)
“Nikahilah wanita yang penyayng dan subur! Karena aku berbangga dengan banyaknya umatku.” (HR. Abu Dawud, An Nasa’i)
Menikahlah dengan mereka yang mampu untuk membantumu melahirkan penerus yang mampu mendakwahkan Islam dan menguatkan Islam ke depannya.
Wahai Muslimah, jika merasa takut ikhwannya tidak mampu menafkahi, maka kembalikan saja ke kriteria Agama nya baik atau tidak. Karena mereka yang baik agamanya akan bertanggung jawab sepenuhnya untuk menafkahi dengan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan rezeki dengan cara yang halal dan berkah tentunya.
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kalian. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.” (QS. An-Nur:32)
Untuk Muslimah, yuk mari kita perbaiki diri untuk terus baik dalam memahami dan menjalankan agama ini hari ini dan seterunya hingga maut kelak datang menjemput.
Adapun untuk lelaki, perlu diperhatikan beberapa kriteria khusus dalam memilih calon istri, diantaranya adalah:
Bersedia taat kepada suami, karena biar bagaimanapun suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS. An-Nisa:34) dan seorang wanita sangatlah diharapkan untuk menyadari akan kewajiban ini. Taat kepada suami selain dari ketaatan dari bermaksiat.
Menjaga auratnya, “Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (QS. Al Ahzab:59) dan “Wanita yang berpakaian namun (pada hakikatnya) telanjang yang berjalan melenggang, kepala mereka bergoyang bak punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan bahkan mencium wanginya pun tidak. Padahal wanginya surga dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
Gadis lebih utama dari janda, “Menikahlah dengan gadis, sebab mulut mereka lebih jernih, rahimnya lebih cepat hamil, dan lebih rela pada pemberian yang sedikit.” (HR. Ibnu Majah). Dalil ini bukan berarti tidak boleh menikahi janda.
Nasabnya baik, nasab dilihat entah untuk mengetahui silsilah keluarga bagaimana, dan juga untuk mengetahui status si calon dalam keluarga. Karena dalam masyarakat sekarang sangat pelik perihal perzinahan. Kriteria ini dpat dijadikan sebagai sarana dalam melihat bagaimana status si calon, agar ke depannya tidak terjadi hal yang melanggar hukum agama, dan nyaman untuk kedua belah pihak.
Dan yang perlu untuk diketahui adalah, baik dalam Agama nya ini sudah di dalamnya termasuk bertanggung jawab baik lahir maupun bathin, menghormati orangtua, tidak berperangai buruk, dermawan, sabar, bersikap adil, berkepribadian lembut, sholatnya terjaga, mampu membimbing/mengayomi dengan baik, menjaga pandangan, berjiwa pemimpin, dll.
Oleh sebab itu, tolak ukur dalam memilih kriteria yang utama seperti yang ana sebutkan di awal adalah dari segi “Agama dan Akhlak”. Agama yang baik, maka di dalamnya dirinya pun baik. Perbaikilah niatmu, kembalikan bahwa benar-benar niat untuk beribadah kepada-Nya.
Apapun yang kau hadapi, kembalilah kepada Allah, karena hanya Allah lah tempat meminta, dan tempat bergantung atas semuanya.
“Jika kalian merasa gelisah terhadap suatu perkara, maka shalatlah dua raka’at kemudian berdo’alah: ‘Ya Allah, aku beristikharah kepada-Mu dengan ilmu-Mu............”. (HR. Bukhari)
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
👤 ayuputrie_
Sumber: @Yulian Purnama (muslimorid) dan dengan banyak penambahan di dalamnya.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
KRITERIA MEMILIH CALON PASANGAN HIDUP SESUAI SYARIAT
Yang utama adalah memilih sesuai dengan Agama dan Akhlak nya.
Agama dan akhlak yang baik, akan mampu menjaga keluarga dari kemaksiatan yang mampu mengantarkan ke dalam siksa neraka.
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah atas perintah Allah kepada mereka dan selalu taat pada apa yang diperintahkan.” (QS. T-Tahrim:6)
Islam dan Beriman
“...Janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik daripada orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya...” (QS. Al-Baqarah:221)
Taat Kepada Allah dan Rasul-Nya
Allah berfirman dalam surah Al-Hujurat ayat 13 bahwa:
“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling bertaqwa.”
Pilihlah mereka yang baik agamanya, karena begituah yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya agar kamu menjadi orang-orang yang beruntung.
“Wanita biasanya dinikahi karena 4 hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya, niscaya kamu tidak akan merugi.” (Mutafaqun ‘Alaih)
Dan hindarilah untuk menolak mereka yang datang kepadamu dengan agama dan akhlak yang baik. Karena lelaki adalah pemimpin, dan lelaki adalah yang akan menjadi imam dalam rumah tangga, maka sudah sepantasnya untuk memilih yang baik agama dan akhlaknya. “Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi)
Begitupun untuk lelaki, jadilah lelaki dengan agama dan akhlak yang baik, agar kelak mampu mendidik, membimbing dan memimpin istri dan anak-anak menuju kehidupan yang beragama dan terhidar dari kemaksiatan.
Sekufu
Secara syariat menurut mayoritas ulama sekufu adalah sebanding dalam agama, nasab (keturunan), kemerdekaan dan pekerjaan. Baik dalam hal agama maupun status sosial, walaupun tidak menutup kemungkinan jodoh yang disiapkan oleh Allah berbeda status sosial di masyarakat, namun berusahalah untuk mendapatkan yang seagama atau seiman, dan dengan status yang sama.
Seperti firman Allah berikut ini:
“Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik-baik pula.” (QS. An-Nur:26)
Dari firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala di atas sangatlah jelas, bahwa pilihlah atau nikahkanlah mereka dengan yang setara atau sama kedudukannya. Jika dia baik maka nikahkanlah dengan yang baik, pun begitu sebaliknya. Oleh sebab itu, persiapkanlah diri sebaik-baik mungkin dan perbaikilah diri untuk menjadi lebih baik, agar jodoh yang kau usahakan pun akan mendapatkan yang terbaik.
Lalu kenapa harus sama?
Hanya untuk menghindari hal-hal yang kelak justru akan menjadi masalah dalam rumah tangga, karena banyak peristiwa atau kejadian yang dimana keadaan rumah tangga tidak mampu bertahan karena banyaknya perbedaan ini, walaupun sekali lagi ana sampaikan bahwa ini bukanlah suatu keharusan, karena pada kenyataannya juga tidak sedikit yang mampu menjalani dan melalui dengan penuh kebaikan di dalamnya.
“Dan diantara tanda kekuasaan Allah ialah Ia menciptakan bagimu istri-istri dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenteram dengannya.” (QS. Ar-Ruum:21)
Terlalu banyak pula pemahaman dari ayat di atas yang menyatakan “jenis”.
Semua kembali kepada Agama nya. Jika agamanya baik, sejauh apapun perbedaan, tidak akan menjadikan permasalahan, namun justru menjadi bahan untuk belajar dalam lulus menempuh ujian, seperti apapun hasil akhirnya, karena biar bagaimanapun manusia hanya mampu berusaha sedangkan yang menentukan hasil adalah Allah.
Menyenangkan jika Dipandang
Salah satu yang tak bisa dipungkiri betapa penting dalam memilih pendamping, adalah kenyamanan saat berada bersamanya. Tidak mungkin kan kita memilih mereka yang kenyataannya kita sendiri tidak nyaman saat berada bersamanya. Hal ini pula yang kebanyakan menjadi sebab musabab harmonis atau tidaknya sebuah rumah tangga.
“Jika memandangnya, membuat suami senang.” (HR. Abu Daud)
Hal ini juga berlaku untuk sebaliknya, suami/istri saat memandang masing-masingnya akan merasa senang.
Hal ini pulalah yang membuat adanya nadhzor (melihat calon) sebelum dilanjutkan ke proses khitbah. Sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dalam hadit berikut ketika seorang sahabat mengabarkan kepada Beliau bahwa ia akan melamar seorang wanita Anshar.
“Sudahkah engkau melihatnya?” Sahabat tersebut berkata, “Belum.” Beliau lalu bersabda, “Pergilah kepadanya dan lihatlah ia, sebab pada mata orang-orang Anshar terdapat sesuatu.” (HR. Muslim)
Subur (mampu menghasilkan keturunan)
“Nikahilah wanita yang penyayng dan subur! Karena aku berbangga dengan banyaknya umatku.” (HR. Abu Dawud, An Nasa’i)
Menikahlah dengan mereka yang mampu untuk membantumu melahirkan penerus yang mampu mendakwahkan Islam dan menguatkan Islam ke depannya.
Wahai Muslimah, jika merasa takut ikhwannya tidak mampu menafkahi, maka kembalikan saja ke kriteria Agama nya baik atau tidak. Karena mereka yang baik agamanya akan bertanggung jawab sepenuhnya untuk menafkahi dengan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan rezeki dengan cara yang halal dan berkah tentunya.
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kalian. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.” (QS. An-Nur:32)
Untuk Muslimah, yuk mari kita perbaiki diri untuk terus baik dalam memahami dan menjalankan agama ini hari ini dan seterunya hingga maut kelak datang menjemput.
Adapun untuk lelaki, perlu diperhatikan beberapa kriteria khusus dalam memilih calon istri, diantaranya adalah:
Bersedia taat kepada suami, karena biar bagaimanapun suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS. An-Nisa:34) dan seorang wanita sangatlah diharapkan untuk menyadari akan kewajiban ini. Taat kepada suami selain dari ketaatan dari bermaksiat.
Menjaga auratnya, “Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (QS. Al Ahzab:59) dan “Wanita yang berpakaian namun (pada hakikatnya) telanjang yang berjalan melenggang, kepala mereka bergoyang bak punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan bahkan mencium wanginya pun tidak. Padahal wanginya surga dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
Gadis lebih utama dari janda, “Menikahlah dengan gadis, sebab mulut mereka lebih jernih, rahimnya lebih cepat hamil, dan lebih rela pada pemberian yang sedikit.” (HR. Ibnu Majah). Dalil ini bukan berarti tidak boleh menikahi janda.
Nasabnya baik, nasab dilihat entah untuk mengetahui silsilah keluarga bagaimana, dan juga untuk mengetahui status si calon dalam keluarga. Karena dalam masyarakat sekarang sangat pelik perihal perzinahan. Kriteria ini dpat dijadikan sebagai sarana dalam melihat bagaimana status si calon, agar ke depannya tidak terjadi hal yang melanggar hukum agama, dan nyaman untuk kedua belah pihak.
Dan yang perlu untuk diketahui adalah, baik dalam Agama nya ini sudah di dalamnya termasuk bertanggung jawab baik lahir maupun bathin, menghormati orangtua, tidak berperangai buruk, dermawan, sabar, bersikap adil, berkepribadian lembut, sholatnya terjaga, mampu membimbing/mengayomi dengan baik, menjaga pandangan, berjiwa pemimpin, dll.
Oleh sebab itu, tolak ukur dalam memilih kriteria yang utama seperti yang ana sebutkan di awal adalah dari segi “Agama dan Akhlak”. Agama yang baik, maka di dalamnya dirinya pun baik. Perbaikilah niatmu, kembalikan bahwa benar-benar niat untuk beribadah kepada-Nya.
Apapun yang kau hadapi, kembalilah kepada Allah, karena hanya Allah lah tempat meminta, dan tempat bergantung atas semuanya.
“Jika kalian merasa gelisah terhadap suatu perkara, maka shalatlah dua raka’at kemudian berdo’alah: ‘Ya Allah, aku beristikharah kepada-Mu dengan ilmu-Mu............”. (HR. Bukhari)
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
👤 ayuputrie_
Sumber: @Yulian Purnama (muslimorid) dan dengan banyak penambahan di dalamnya.
Komentar
Posting Komentar