NO CAPTION
Bismillaah
“ Betapa banyak negeri yang telah kami binasakan, siksaan kami datang
( menimpa penduduknya ) pada malam hari, atau pada saat mereka beristirahat
pada siang hari “ ( QS. Al-A’raf : 4)
Bukankah memang tak
ada yang kebetulan di dunia ini akan setiap kejadian-kejadian yang menimpa? Semua tercatat jelas di Al-Qur’an , bahwa ucapan Allah itulah yang benar. Tapi
hingga detik ini, masih terlalu banyak manusia yang mengingkari, masih banyak
yang melupakan takdirnya, dan bahkan semakin banyak penyimpangan-penyimpangan.
Masih terlalu banyak tindakan pelanggaran atas perintah dan larangan-Nya. Dan
maka akan semakin banyak pula kita melihat peristiwa di dunia ini. Dan jangan
sekali pun kau salahkan orang lain, tapi introspeksi
dirilah dan bertaubatlah dengan sebenar-benarnya taubat.
“ Dan Allaah menerima taubat orang yang Dia kehendaki. Allaah Maha
Mengetahui Maha Bijaksana.” ( QS. At-Taubah : 15 )
Bertaubatlah dengan
sungguh-sungguh, maka Allah akan mengampunimu. Bukankah janji
Allah itu pasti? Dan bukankah semua itu adalah benar?
“ Orang-Orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan
Allaah, dengan harta dan jiwa mereka adalah lebihn tinggi derajatnya di sisi
Allaah. Mereka itulah oranag-orang yang memperoleh kemenangan.” ( QS. At-TAubah
: 20)
“ Tuhan menggembirakan mereka denganmemberikan rahmat, keridhoan
dan surge. Mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya. Mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Sungguh, di sisi Allaah terdapat pahala yang besar.” (
QS. At-Taubah : 22)
Maka,, nikmat manakah
yang lebih besar daripada yang diberikan Allah dalam janji-Nya? Dan tak akan
pernah ada keraguan akan hal itu, dan janganlah sekali-kali kalian meragukan.
Dan saat keraguan itu menghampiri, maka kalian termasuk kedalam golongan
orang-orang yang zalim, orang-orang yang tak diberi petunjuk.
Dan apakah orang
zalim itu?
“ (yaitu) mereka yang menghalangi dari jalan Allaah dan menghendaki
agar jalan itu bengkok. Dan mereka itulah orang yang tidak percaya akan adanya
hari akherat.” (QS. Hud : 19)
Dan mereka ( orang
zalim ) itulah yang akan mendapatkan azab dan tidak akan ada penolong bagi
mereka selain daripada Allah. Mereka seakan buta dan tuli. Tak mendengar dan
tak melihat pada kebenaran yang datang dari Allah, pun tak dapat melihat
keberadaan-Nya. Sungguh tak ada balasan yang pantas bagi mereka selain balasan yang Dia berikan, agar mereka sadar.
Allah , tiada yang selain Dia, Sang Pemilik Hari Pembalasan, tak ada tempat menyembah dan
meminta selain hanya kepada-Nya. Yang menghidupkan dan Mematikan. Pemberi
petunjuk bagi siapa saja yang bertakwa tanpa adanya keraguan. Dan sungguh
beruntunglah orang-orang itu dan sungguh memang beruntung.
Segala puji bagi
Allah, Tuhan Semesta sekalian alam. Yang mengetahui segala yang tampak dan
yang gaib. Tak ada yang bisa bersembunyi dari_Nya, walau di balik dinding yang
tinggi lagi kokoh.
Allaah ciptakan
manusia agar tunduk dan patuh kepada-Nya, bertakwa yang sebenar-benarnya takwa
kepada-Nya. Dia berikan dan Dia sediakan segala keperluan manusia di dunia seluas-luasnya.
Lantas mengapa manusia itu lalai? Melupakan tugas dan tanggung jawabnya di
dunia ini. Berbondong-bondong berbelok, berputar arah dari jalur yang
semestinya. Mengikuti arus tanpa mau mencari tahu keberadaannya, bahkan terlalu
malas untuk kembali ke jalan-Nya. Merasa benar dengan mengikuti yang banyak,
padahal yang banyak belum tentu benar. Mereka terlalu takut bersendirian,
dilupakan dan ditinggalkan. Padahal jika mereka sadar, sungguhlah merugi
mereka. Bukankah ada Allah bersama kita? Yang selalu Ada dan tak pernah
berpaling, selalu bersama kita dan tak pernah meninggalkan, Yang selalu
bersabar dalam memberi petunjuk.
Bukankah tak ada nilainya mereka golongan-golongan itu jika dibandingkan dengan
keberadaan-Nya?
Cukuplah Allah, Dia sebagai pelindung, teman, kekasih,
sahabat, penawar segala kesedihan dan kesakitan.
Namun sayang, banyak
fenomena yang terjadi sekarang adalah justru mereka meminta pertolongan dan
percaya kepada yang mereka sebut sebagai “orang pintar”. Orang pintar yang
berkedok ahli ibadah (kiai) , tapi justru memberikan hal yang buruk dan tak
pernah sekalipun memberikan saran untuk meminta langsung pada Allah, untuk
Shalat dan bersujud pada-Nya. Pantaskah hal seperti itu? Mereka justru
mendahului kehendak Allah, mereka melakukan tindakan hina dan salah, apakah
itu? Yaitu memaksakan sesuatu kepada orang lain untuk menyukai/tidak menyukai sesuatu. Mereka menyalahgunakan ilmu
mereka, menjalankan bukan pada jalan yang benar.
Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“ Barangsiapa mendatangi peramal, lalu mempercayai apa yang
dikatakannya, maka Shalatnya tak diterima selama 40 hari.” ( HR. Muslim).
Dalam Hadits Riwayat
Bukhari dikatakan:
“ Rasulullaah SAW bersabda:”Mereka (para dukun) itu tidak ada
apa-apanya.” Para sahabat berkata: “Ya Nabi!!! Adakalanya mereka meramal
sesuatu dan ternyata benar.” Rasulullaah SAW bersabda : “itu adalah sesuatu
yang didengar oleh jin kemudian dibisikannya kepada para walinya dan mereka
mereka mencampurnya dengan seratus kebohongan.” (HR. Bukhari)
Bahkan Allah pun
mengatakan dalam kitab-Nya dengan sangat jelas:
“Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun
sebelum mengatakan: “ Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah
kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan
sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya.
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun, kecuali dengan izin Allaah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang
tidak member mudharat kepadanya dan tidak member manfaat. Demi, sesungguhnya
mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang telah menukarnya (kitab Allaah)
dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah
perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS.
Al-Baqarah: 102)
Ayat tersebut di
atas menjelaskan bahwa tak ada sesuatu yang terlepas dari kekuasaan-Nya. Apapun
yang terjadi adalah semata-mata terjadi karena izin Allah. Dan bukankah dikatakan bahwa semua itu adalah
ujian/cobaan? Lalu mengapa tak ada yang menyadarinya?
Kemewahan dunia dan
perhiasannya membuat mereka lupa diri. Segala cara mereka tempuh guna mencapai
tujuan hidup yang hanya bersenang-senang. Tak sadarkah mereka akan apa yang
terjadi kedepannya? Bahwa hidup di dunia fana ini tidak untuk selamanya,
melainkan hanyalah sementara saja. Tak sadarkah mereka ada kematian yang dengan
setia mengintai dan mengawasi mereka? Yang setiap saat bisa saja merenggut roh
dari jasad mereka? Apakah saat kematian menjelang barulah kesadaran itu datang,
yang dengan itu amatlah terlambat dan sia-sia belaka? Sungguh dunia ini
benar-benar membutakan mata dan hati mereka, menghancurkan jiwa yang lemah.
Menguasai setiap inci tubuh manusia yang terlena dan terbujuk oleh nikmat
rayunya. Sungguh terperdaya mereka, kesadaran benar-benar telah berlalu dari
diri mereka. Mereka itulah sesungguhnya orang-orang yang merugi. Siang malam
digunakan waktunya untuk mengejar dunia, karena apa? Hanya 2 (dua) kata, “takut
miskin”.
Siapa sebenarnya
pemilik jagat raya ini, pemilik alam semesta beserta isinya jika bukan Allah?
Lalu kenapa sibuk berlarian, pontang-panting kesana-kemari mencari? Kenapa tak
berusaha meminta langsung pada Yang Punya? Kenapa harus meminta pada yang
selain-Nya? Apa yang sebenarnya ada di dalam benak mereka?
Hidupnya dihabiskan
untuk melakukan hal-hal yag sia-sia, tanpa ada manffaat berarti untuk hari
kemudian. Lalu bekal apa yang dibawa? Harta? Jabatan? Teman? Atau Keluarga?
Bukan semuanya! Tauhid yang utama, disertai amal perbuatan kita yang menjadi modal besar penyumbang kebaikan
kita di akherat kelak.
Entah mengapa, saat
sekarang ini, banyak manusia yang tak mau lagi untuk singgah ke Mesjid /
Musholla hanya untuk sekedar menunaikan Shalat, bersujud dan berserah pada-Nya,
bahkan lebih megutamakan mengejar dunianya dengan alasan terlambat atau tidak
kebagian. Bukankah itu yang dinamakan meragukan Allaah? Bukankah semua sudah
diatur dengan sangat baik dan pas? Sungguh ironis sekali, bahkan demi harta,
agama dan keimanan dilupakan.
Semoga kita terhindar dari pribadi yang lalai, dan selalu mendapatkan hidayah dan rahmat dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. aamiin
Barakallahu Fiikum.
By: ayuputrie_
Komentar
Posting Komentar