Hati adalah kunci
بسم الله الر حمن الر حيم
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Tahukah sahabat, bahwa segala yang kita tampakkan akan berawal dari hati. Apa yang kita lakukan atau apa yang kita ucapkan berawal dengan sebuah niat, perilaku kita akan nampak oleh orang lain, dan ucapan kita akan terdengar oleh orang lain, tetapi hati, apa yang kita niatkan di dalam hati, hanya Allah lah Yang Mengetahui.
Oleh sebab itu, hati adalah tempat awal yang harus kita perbaiki, yang harus benar-benar kita bersihkan dari segala kotoran yang mampu menghalangi jalan kita menuju surgaNya. Sesuai dengan isi dari hadits di atas, bahwa jika hatinya baik maka baiklah seluruhnya. Tinggal kita yang berusaha untuk membaikkan hati kita. Tinggal kita yang harus bagaimana melatih dan mendidik jati untuk tetap berada di jalan yang lurus dengan ketaatan kepadaNya. Untuk tetap mentauhidkanNya, tetap sejalan dengan apa yang telah di tetapkan.
Lalu bagaimana cara memperbaiki hati ini?
Berikut ana sampaikan beberapa kiat untuk memperbaiki hati kita.
1. Milikilah rasa takut kepada Allah.
2. Milikilah rasa khawatir terhadap siksaNya
3. Bertakwa dan terus mencintaiNya
4. Teruslah berdoa kepadaNya untuk dikaruniakan hati yang baik yang tetap teguh kepadaNya.
Seperti doa yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wassalam sebagai berikut
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Ummu Salamah pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa do’a tersebut yang sering beliau baca. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.”
(HR. Tirmidzi no. 3522. Shahih )
Pun disebutkan di dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad berikut ini:
إِنَّ الْقُلُوبَ بِيَدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يُقَلِّبُهَا
“Sesungguhnya hati berada di tangan Allah ‘azza wa jalla, Allah yang membolak-balikkannya.” (HR. Ahmad 3: 257).
Maka dari itu mari kita perbanyak berdo'a agar Allah tetap meneguhkan hati kita berada di atas agamaNya.
Adapun untuk menghindarkan hati kita lalai dariNya, maka menghindarlah dari kemaksiatan, keharaman serta perkara-perkara yang syubhat (yang masih samar hukumnya).
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.”
(HR. At Tirmidzi no. 3334, Ibnu Majah no. 4244, Ibnu Hibban (7/27) dan Ahmad (2/297))
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.”
(HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599)
“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.”
(HR. Ahmad 5: 363)
Yuk sahabat, kita berusaha terus untuk tetap berjalan di jalanNya agar hati kita tetap bersih dari hal-hal yang bisa menghalangi kita untuk masuk ke dalam surgaNya.
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Tahukah sahabat, bahwa segala yang kita tampakkan akan berawal dari hati. Apa yang kita lakukan atau apa yang kita ucapkan berawal dengan sebuah niat, perilaku kita akan nampak oleh orang lain, dan ucapan kita akan terdengar oleh orang lain, tetapi hati, apa yang kita niatkan di dalam hati, hanya Allah lah Yang Mengetahui.
Oleh sebab itu, hati adalah tempat awal yang harus kita perbaiki, yang harus benar-benar kita bersihkan dari segala kotoran yang mampu menghalangi jalan kita menuju surgaNya. Sesuai dengan isi dari hadits di atas, bahwa jika hatinya baik maka baiklah seluruhnya. Tinggal kita yang berusaha untuk membaikkan hati kita. Tinggal kita yang harus bagaimana melatih dan mendidik jati untuk tetap berada di jalan yang lurus dengan ketaatan kepadaNya. Untuk tetap mentauhidkanNya, tetap sejalan dengan apa yang telah di tetapkan.
Lalu bagaimana cara memperbaiki hati ini?
Berikut ana sampaikan beberapa kiat untuk memperbaiki hati kita.
1. Milikilah rasa takut kepada Allah.
2. Milikilah rasa khawatir terhadap siksaNya
3. Bertakwa dan terus mencintaiNya
4. Teruslah berdoa kepadaNya untuk dikaruniakan hati yang baik yang tetap teguh kepadaNya.
Seperti doa yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wassalam sebagai berikut
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Ummu Salamah pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa do’a tersebut yang sering beliau baca. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.”
(HR. Tirmidzi no. 3522. Shahih )
Pun disebutkan di dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad berikut ini:
إِنَّ الْقُلُوبَ بِيَدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يُقَلِّبُهَا
“Sesungguhnya hati berada di tangan Allah ‘azza wa jalla, Allah yang membolak-balikkannya.” (HR. Ahmad 3: 257).
Maka dari itu mari kita perbanyak berdo'a agar Allah tetap meneguhkan hati kita berada di atas agamaNya.
Adapun untuk menghindarkan hati kita lalai dariNya, maka menghindarlah dari kemaksiatan, keharaman serta perkara-perkara yang syubhat (yang masih samar hukumnya).
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.”
(HR. At Tirmidzi no. 3334, Ibnu Majah no. 4244, Ibnu Hibban (7/27) dan Ahmad (2/297))
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.”
(HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599)
“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.”
(HR. Ahmad 5: 363)
Yuk sahabat, kita berusaha terus untuk tetap berjalan di jalanNya agar hati kita tetap bersih dari hal-hal yang bisa menghalangi kita untuk masuk ke dalam surgaNya.
Komentar
Posting Komentar