Luruskan Niat
Ikhlas
itu menerima semua segala yang diberikan oleh Allah dengan tanpa keluhan. Ikhlas
itu, disaat kita beribadah semua diniatkan hanya untuk-Nya, meraih ridho-Nya
dan bertujuan untuk kembali kepada-Nya.
Tak sadarkah kita, bahwa semua perintah
ibadah yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah dengan balasan atau timbal
balik yang luar biasa tanpa harus kita memintanya.
Misalkan
saja untuk yang gemar melakukan amal kebaikan,seperti yang disebutkan dalam HR.
Muslim, maka Allah akan melipat gandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal
hingga tujuh ratus kali lipat untuk setiap amal kebaikan yang telah dilakukan. Sedangkan
untuk yang berpuasa, Allah sendiri yang akan membalasnya, dan kita akan
mendapatkan 2 (dua) kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika berbuka dan
kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.
Begitupun
dengan rezeki, di dalam QS. Saba’ ayat 39 disebutkan bahwa semua Allah yang
menjamin. Ketika kita menafkahkan barang apa saja, maka Allah akan menggantinya
dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.
Bukankah
dijelaskan pula bahwa dengan mendirikan sholat, kita bisa terhindar dari panasnya
api neraka? Hal ini dijelaskan dalam QS. Al Mudatstsir ayat 38-47. Dan di dalam
QS. An Nur ayat 56 Allah juga menjanjikan rahmat bagi siapa saja yang
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mentaati Rasul-Nya.
Lalu
kenapa yang menjadi niat kita masih saja berkutat pada hal-hal tersebut? Bukankah
Allah tidak pernah ingkar janji? Lalu apa yang dicari jika apa yang sudah
dijanjikan-Nya saja kita masih meminta? Seakan kita tidak percaya dengan janji
yang Ia ucapkan.
Tidak
maukah kita mendapat yang lebih baik dari sekedar itu? Mendapatkan kebersaman
dengan-Nya, mendapatkan cinta dan kasih sayang-Nya? Mendapatkan kebahagiaan
karena Allah yang selalu merindukan kita dan kita pun selalu merasakan
kerinduan yang kian hari kian membesar?
Ataukah
kita hanya ingin sekedar mendapatkan surga, pahala, rezeki dan lain-lainnya
yang bisa dikatakan menginginkan ciptaan-Nya?
Tidak
ingin mendapatkan yang menciptakan?
Marilah
kita perbaiki niat kita, telisik jauh ke dalam hati, apakah sebenarnya niat
kita? apakah yang sebenarnya menjadi tujuan kita? bahagia dalam ciptaan-Nya
ataukah bahagia bersama-Nya?
Ditulis bersama gemericik air hujan di suasana Duha,,
Banjarbaru,
11 Februari 2019
Komentar
Posting Komentar