Walau banyak orang di sekelilingmu, tapi kamu merasa sendiri?
Seakan tak ada yang peduli padamu, tak ada yang mengerti akan keadaan dirimu.
Apapun yang kamu lakukan, seakan tiada artinya bagi mereka? Tak terlihat di mata mereka, dan kamu merasa diabaikan keberadaannya.
Pernahkah?
Karena aku pernah, dan seringkali aku merasakannya.
Aku sendirian disini, walau banyak orang di sekelilingku aku tetap merasa sendiri berteman sepi.
Lalu apa yang terjadi?
Mulailah aku berbicara dengan diriku sendiri, seakan teman terbaik yang selalu bersamaku adalah diriku sendiri.
Mulailah aku tiada henti berbicara seakan Allah itu ada di hadapanku dan bersama denganku.
Aku bercerita atas apapun yang terjadi di hidupku pada-Nya, pada diriku sendiri.
Aku tau bahwa tak ada yang tidak Ia ketahui dari hidupku, tapi aku merasa tetap ingin bercerita dan berbicara panjang lebar dengan-Nya.
Entah saat aku sendiri ataukah ketika aku berkawan dalam keramaian, aku selalu ingin bercerita.
Perlahan, aku sadar bahwa itu bukanlah sebuah kebodohan atau bahkan kekurangan. Tapi itu adlah hal yang luar biasa dan sangat bermanfaat untuk hati dan jiwaku.
Menumbuhkan kepercayaan dan keyakinanku mendalam terhadap-Nya. Ketenangan dan kedamaian itu akan dengan mudah aku dapatkan walau hanya dengan memejamkan sebentar kedua bola mataku.
Perasaan yang dulu asing, kini menjadi sebuah kebiasaan yang selalu ingin aku untuk lakukan walau itu terjadi secara tidak aku sadari.
Rasa sakit, kecewa, sedih dan segala jenis tekanan yang singgah, kini tak lagi menjadi beban dan masalah untukku. Kenapa?
Karna aku tau, semua terjadi sudah atas izin dari-Nya, semua terjadi atas kehendak-Nya, dan itu terjadi adalah untuk kebaikan diriku. Semua terjadi atas apa yang telah aku lakukan, bukan tanpa sebab.
Setiap kesalahan yang disadari maupun tidak telah aku lakukan, meminta maaf dan ampunan adalah sebuah keharusan. Tiap detik, menit waktu tak pernah terlepas dari sebuah penyesalan atas sebuah kesalahan yang selalu dan selalu dilakukan berulang. Tanpa menunggu dan di luar bersujud tiap waktunya tiba, selalu aku lakukan dengan sadar.
Pernah aku merasa lelah, pernah aku merasa cukup bosan untuk terus berharap pada-Nya, dan semua aku utarakan dengan gamblang juga kepada-Nya dalam diam sepiku. Aku menangis tersedu, banjir wajah dengan air mata yang mengalir dengan derasnya tanpa ingin aku hindari. Aku keluarkan semua yang membebani hati dan pikiranku, aku luapkan semua pada-Nya. Kenapa semua terjadi padaku? Kenapa harus aku yang mengalami? Kenapa sangat sulit untukku keluar dari kehidupanku saat ini? Kenapa aku? Kenapa?
Bergemuruh rasa di dada, dan aku terdiam. Memang, sama sekali tak ada balasan, tak ada kata penenang, tak ada hangatnya sebuah pelukan. Sunyi, semuanya sunyi dan hanya terdengar lirih suara tangisanku. Tapi apa yang aku dapat? Semua beban, semua rasa sesak, semuanya hilang tak tersisa, semua terangkat bersama datangnya angin yang menyapa kulit dinginku. Tak ada manusia yang menghampiri, tapi Ia hadirkan angin dan rintik hujan untuk memelukku, menyapaku dan menenangkan aku, memberikan aku kehangatan. Mengangkatku dari terjatuhnya diri ke dalam jurang yang gelap, menarikku untuk bangkit dan terus melangkah bersama.
Pelukan-Nya melalui angin dan rintik hujan kala itu, lebih dari cukup untuk menenangkan aku. Lebih dari cukup untuk menyadarkan aku bahwa aku tidaklah sendirian di dunia ini. Saat semua manusia itu pergi, aku tetaplah tidak sendirian. Allah akan selalu bersamaku, menemani tiap langkah kakiku, hadir di tiap hembusan dan tarikan nafasku, di jiwa dan di ragaku.
Hingga kini, aku yang masih berada dalam petak yang sama, menjalani semua dengan cara yang berbeda. Semua terlihat sama, namun sesungguhnya ia berbeda. Aku cukup sadar untuk tidak mengulang semua kesalahan, cukup sadar untuk tidak berhenti berjuang, cukup sadar untuk selalu menyandarkan segala harap tetaplah hanya kepada-Nya.
Walau terkadang, ego kembali singgah tanpa direncanakan. Aku tetap ingin berjuang, aku tetap sampaikan semuanya tanpa terkecuali. Tentnag aku yang kembali lemah, tentang aku yang ingin berjuang, tentang aku yang kembali terjerat ego, tentang aku yang ingin diberikan kekuatan, tentnag aku yang ingin diingatkan, semua tentang aku.
Aku yakin, Tuhanku tidak menolakku, akan selalu ada jawab yang Ia berikan atas segala tanya dan ungkapan yang aku sampaikan, dan akan menenangkan hatiku kemudian. Dan terkadang jawaban-Nya benar-benar menamparku dan membuatku menangis tanpa terkendali. Namun, itulah yang membuatku tenang, menyadarkan aku bahwa semua atas apa yang aku lakukan sendiri.
Allah menjawabku, "...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..." (QS. Ar-Ra'd : 11), dan itu benar-benar membuatku tertunduk. Menyadarkan aku, bahwa apapun yang ingin aku ubah dari hidupku, maka aku sendiri yang harus bergerak dan berjuang untuk mengubahnya, bukan hanya diam, meratapi tanpa melakukan apapun.
(bersambung)...
Komentar
Posting Komentar