Kenyataan di Balik Kegalauan dan Keragu-raguan

 

Galau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak karuan (pikiran). Sedangkan ragu adalah dalam keadaan tidak tetap hati (dalam mengambil keputusan, menentukan pilihan, dan sebagainya); bimbang; sangsi (kurang percaya); syak. Dilihat dari arti saja sudah dapat disimpulkan bahwa baik galau maupun ragu diantara keduanya tidak ada yang lebih baik dan tidak ada yang akan membawa kearah kebajikan. 

Disaat kita merasa bahwa apa yang kita alami itu adalah keburukan, belum tentu begitu bagi Allah. Dia memutuskan suatu perkara atas hamba-Nya maka Dia pula yang menghadirkan perkara baru untuk kita jalani. Janganlah berpikir bahwa hidup ini terputus karena putusnya suatu perkara, putusnya apa yang kita anggap sebagai penghidupan kita. Ketika dia memutus, pun berarti Dia membuka yang baru, oleh karena perkara sebelumnya tak baik untuk terus kita jalani. Bukalah mata atas limpahan rahmat yang Allah berikan di dunia ini, dan bacalah manakah yang dipilihkan Allah untuk masing-masing diri kita.

Ketika pikiran kacau banyak masalah menimpa, bukannya mendekat namun justru semakin menjauh dan melarikan diri dari-Nya. Sadarkah kita bahwa setiap masalah yang dihadirkan adalah sebuah ujian, dan kita sebagai hamba-Nya memiliki kesanggupan untuk menyelesaikan dan memutuskannya sebagaimana yang termaksud di dalam Surah Al-Baqarah (2) ayat 286 yang artinya:


“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ”


Jadi tak ada yang perlu ditakutkan, tak perlu dikhawatirkan atas setiap masalah yang datang. Hadapilah dengan ketenangan hati, niscaya akan kita temui jalan keluarnya. Hadapilah semuanya dengan sabar dan Shalat .


“ Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. “ (QS. Al-Baqarah : 153)


Sabar adalah kemampuanmu dalam menghadapi setiap permasalahan hidup dengan ketenangan, dengan keikhlasan, dengan pemasrahan diri penuh kepada Allah, karena Dia lah Yang mengatur segalanya, tak ada sesuatu pun yang luput dari campur tangan-Nya. 


Tahukah kamu?

Bahwa kekacauan atas diri kita yang kita ciptakan sendiri dengan pemikiran yang berlebihan hanya akan semakin menjatuhkan kita. Bukan hanya jatuhnya di dalam penghidupan dunia, melainkan juga jatuhnya di dalam penghidupan akherat kelak. Kehidupan setelah kematian pun tak akan mendapat keberuntungan atas apa yang kita lakukan di dunia. Kacau hanya akan membuat kita semakin lalai akan waktu, membuat hilang akal dalam menentukan pilihan hidup yang benar, kehilangan hati dalam memutuskan perkara atas diri kita dan orang-orang di sekeliling kita, menutup hati dari keinginan atas-Nya dengan dunia. Menjadikan dunia sebagai Tuhan, dan melupakan Tuhan yang sesungguhnya. Begitu takut kehilangan dunia tapi tak sedikit pun takut akan kehilangan Dia yang eksistensinya melebihi dunia yang  diagungkan. Menangisi dunia yang bahkan tak memberi lebih dari sekedar kain kafan ketika akhir hidup kelak. 


        Lalu pernahkah kita sadar bahwa itu adalah sebuah kekeliruan besar dalam hidup kita?

Pernahkah kita berpikir untuk mencari sebuah kebenaran? Pernahkah kita mempelajari semua firman-Nya, sedangkan apa yang dikatakan-Nya adalah sebuah kebenaran, pernahkah kita mengimani itu? Atau justru kita lalai dari-Nya?


        Sebagai hamba Allah yang dipastikan memiliki Allah dan menyakini mengimani eksistensi-Nya, tak sepantasnya kita takut, tak sepantasnya kita ragu dan galau dalam menjalani hidup di dunia, dan tak sepantasnya kita dilalaikan oleh dunia. Dimanakah kita berpikir keberadaan Allah jika kita masih berbuat hal demikian? Sungguh tak akan tampak oleh kita sekalian hal-hal tersebut dalam diri orang-orang yang beriman. 


Karena apa?

Tiadalah dalam hati orang-orang beriman itu selain Allah. Kemanapun, dimanapun dan bagaimanapun Allah selalu dilibatkan, tak ada pengakuan dan tak ada kepemilikan, semua adalah Allah, milik-Nya lah segala yang ada di langit dan di bumi, segala yang tampak dan yang gaib. Maka dari itu tak ada yang berhak disembah selain Dia. Tiada Tuhan selain Allah. Dan Muhammad adalah utusan Allah. Bukan sekedar ucapan, bukan sekedar mengucapkan tapi haruslah mengimani.


Bukan keraguan tapi keyakinan. Bukan kegalauan tapi kemantapan hati akan eksistensi-Nya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan SURGA atau NERAKA?

KRITERIA MEMILIH CALON PASANGAN HIDUP SESUAI SYARIAT

Ketika Hati Terasa Sakit